Senin, 14 Januari 2013

Bekasi Lahan Makam mulai Kritis

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Kota Bekasi krisis lahan makam. Hal ini dikatakan Kepala Bidang Pemakaman Dinas Pertamanan dan Penerangan Jalan Umum, Sudarsono.

"Kita memang kekurangan, namun jumlah persisnya kurang tahu. Kekurangan sangat terasa di bagian pemakaman Muslim," ujar Sudarsono.

Hal ini bisa dilihat di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Perwira, Bekasi Utara. Lahan seluas 13,5 hektare area hampir semuanya terisi. Mayoritas berasal dari kalangan Muslim. "Sudah penuh. Tapi untuk kalangan non muslim masih ada," ungkap salah satu petugas makam, Sodikun.

Kekurangan lahan pemakaman menjadi kekhawatiran banyak orang. Di Bekasi, rata-rata sebanyak 40 sampai 60 orang meninggal setiap bulannya. Lebih dari 50 persen dari kalangan Muslim.

Menanggapi hal ini, Sudarsono mengatakan, pihaknya telah membuka tiga lahan pemakaman baru. "Kita buka di Pedurenan 12 hektar, Jati Sari 10 hektar, dan sumur batu 30 hektar," ujarnya.

Sebagai salah satu langkah antisipasinya, Pemkot Bekasi akan segera menjadikan lahan seluas 12 hektare di Pedurenan, Duren Jaya, Kecamatan Mustika Jaya, Kota Bekasi, sebagai TPU yang akan menggantikan TPU Perwira yang kini sudah hampir penuh. "Kita akan memfungsikan TPU Pedurenan. Namun, rencana ini baru akan terealisasi tahun depan setelah dilakukan pematangan lahan di lokasi tersebut," kata Kepala Bidang Pemakaman, Dinas Pertamanan, Pemakaman, Perizinan dan Penerangan Jalan Umum Kota Bekasi, Sugeng Susanto, Jumat (24/9).

Dikatakan Sugeng, lahan tersebut adalah lahan milik Pemkot Bekasi yang sudah bersertifikat dan kini menjadi tanah kosong dengan kontur bertingkat. Bahkan di lokasi itu juga telah dilengkapi dengan mushalla dan kantor makam. Tahun 2010, Pemkot Bekasi baru bisa melakukan pematangan sekitar dua persen dari luas areal makam dengan sistem "cut and field". "Untuk menghemat biaya pemadatan nantinya tanah makam akan dibuat bertingkat sesuai dengan kontur tanah yang sudah ada," lanjut Sugeng.

Selain proses pematangan yang belum sempurna, jalan menuju areal pemakaman sekitar dua km juga masih berupa tanah sehingga perlu diaspal agar memudahkan pembawaan jenazah sampai ke areal pemakaman. "Sekarang di lokasi itu hanya ditanami ubi oleh penduduk setempat. Ada yang minta izin pinjam pakai lahan tersebut, tapi kita tidak memberikan dengan pertimbangan agar tidak terjadi konflik saat lahan dibutuhkan," ujar Sugeng.

Meski lahan yangb ada di TPU Perwira telah menipis, Sugeng memastikan jenazah tanpa identitas masih bisa tertampung di areal makam tersebut. "Memang untuk ke depan sudah tidak mungkin hanya mengandalkan lahan TPU Perwira. Meski sampai sekarang belum ada kasus jenazah terkatung-katung karena lahan yang habis," ungkapnya. (A-155/das)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar