Minggu, 13 Januari 2013

Jakarta Kurus Lahan Kuburan dan Gemuk lahan Untuk Mall


Kebutuhan akan lahan pemakaman di Jakarta Timur semakin mendesak. Data dari Suku Dinas Pemakaman Jaktim, setiap hari mencatat 42 orang meninggal dunia dan membutuhkan lahan pemakaman. Sementara dari 28 lokasi tempat pemakaman umum (TPU) di Jaktim hanya memiliki luas 178 hektar dengan asumsi setiap makam menggunakan lahan sebesar lima meter persegi. Maka setiap harinya Jakarta Timur membutuhkan lahan sekitar 210 meter per hari, atau sekitar 6,2 hektar per bulan. 

Hal tersebut diungkapkan Kepala Suku Dinas Pemakaman Jakarta Timur, Made Sudiartha, saat ditemui Kompas.com di area penggusuran Satuan Polisi Pamong Praja Jakarta Timur membongkar sekitar 93 rumah liar di areal Tempat Pemakaman Umum Kober, Rawa Bunga permukiman TPU Kober, Jatinegara, Jakarta Timur, Rabu (14/12/2011)Warga pasrah saat rumah mereka dibongkar. Warga mengaku tidak tahu akan tinggal dimana setelah rumahnya rata dengan tanah. Mereka tidak mendapat ganti rugi atas pembongkaran ini.dikutib kompas. com.





satu orang membutuhkan lahan 1,5 meter kali 2,5 meter, berarti jumlah lahan untuk satu orang sekitar 5,5 meter.kalau penduduk jakarta yang mati saja 500 jiwa dari 10juta jiwa lebih,”lumayan banyakan lahan yang harus sediakan pihak pemda jakarta,dimana persoalan  macet,semberaut lalu lintas ada yang pekerjaan yang lebih penting.  LAHAN KUBURAN.

masa mati harus numpang rumah juga! istilah bekennya 
Menumpuk dalam Satu Liang” penghuni salah satu kuburan yang tidak rela rumahnya ditumpangi oleh penghuni baru yang tidak dikenalnya(humor)!kalau bisa ngomong.

Bukan jakarta saja yang mengalami demikian” hariansumutpos.com“, juga melaporkan hal yang sama.

Areal perkuburan atau makam yang sudah semakin berkurang atau sempit membuat Pemerintah Kota Medan harus bekerja ekstraketat. Setidaknya, Pemko tidak hanya berpikir soal ruang bagi mereka yang masih hidup. Mereka yang telah meninggal tentunya tidak bisa dibiarkan saja.

Kenyataannya, di kawasan Kota Medan lahan untuk pemakaman semakin minim. Ketidaktersediaan lahan pekuburan ini mencuat dalam pertemuan antar Komisi D DPRD Medan dengan Dinas Pertamanan Kota Medan di Kantor Dinas Pertamanan, Jalan Pinang Baris Medam, Rabu (28/9) lalu.
Dikabarkan, realisasi pengadaan lahan pekuburan bagi warga Medan kembali gagal. Kenyataan ini langsung meresahkan masyarakat; haruskah saudara mereka dimakamkan selubang dengan orang lain?

MAKAM: Sejumlah warga melakukan ziarah di makam sanak saudara mereka di Pekuburan Muslimin Jalan Sisingamangaraja, Kelurahan Harjo Sari, Medan, belum  lama ini.



Soal padatnya penghuni pemakaman bukan cerita usang lagi. Di beberapa tempat malah satu liang makam telah diisi oleh beberapa jenazah. Diantaranya, Pekuburan Muslim Jalan Halat yang sudah terlihat penuh.

Amatan Sumut Pos di lokasi yang termasuk dalam Kecamatan Medan Area tersebut terlihat makam dipenuhi ilalang dan makam sudah berhimpitan. Penjaga makam, yang akrab disapa dengan Budi (50), warga Jalan Utama, Medan Area, mengatakan, jumlah makam di tanah wakaf pekuburan muslim yang dijaganya itu sudah puluhan ribu jumlahnya. “Jumlahnya kalau saya tidak salah 12.000 lebih kurang lah,” katanya.

Lebih lanjut, Budi menuturkan, tumpang tindih jenazah memang sudah terjadi di lahan yang dijaganya itu. “Makanya terjadi tumpang tindih karena makam tidak pernah dikunjungi, sudah lama tidak terawat. Selain itu, jasad tulang belulang diambil keluarga untuk dipindah menjadi satu tempat dengan makam saudara mereka yang sudah lama sekitar tahun 50-an,” terangnya.

Saat ditanyai mengenai sudah berapa kali terjadi tumpang tindih dalam satu liang, Pak Budi mengaku, tidak mengetahui pasti sudah berapa kali. “Yang saya ingat, ada satu liang itu sudah 3 kali terjadi tumpang tindih,” ucapnya.
Budi tidak menampik kalau tugasnya semakin berat karena makam yang sempit. Sudut untuk menggali kuburan semakin terbatas. “Yang susahnya lagi, saat mengorek liang yang sudah terbuat dari beton semua. Terpaksa memakan waktu dua hari untuk membongkarnya. Lebih mudah mengorek areal makam yang baru,” tegasnya.

Hal senada juga diucapkan pria penjaga makam Tanah Wakaf Pekuburan Muslim di Jalan Serdang yang enggan namanya disebutkan. Disebutkan pria tersebut, kuburan yang sering dijaganya memang sudah penuh dan sedikit sulit untuk dikorek apabila ada jenazah baru yang hendak dikebumikan. “Kalau tumpang tindih sudah pasti lah dan paling banyak 2 kali tumpang tindih dalam satu liang,” kata pria dengan baju biru tersebut.

Ari (28), salah satu warga Medan mengatakan, pihak Pemko Medan harus mencari solusi mengenai lahan pekuburan yang sudah semakin berkurang. Diterangkannya, kalau bisa jangan terlalu jauh dan mudah dijangkau daerahnya. “Kalau menurut saya, alangkah baiknya jika daerahnya yang dekat-dekat saja agar keluarga yang ingin berziarah tidak terlalu jauh,” tegasnya.
Menurutnya, Pemko Medan juga harus secepatnya mencari tempat agar tidak terjadi tumpang tindih dalam satu liang. “Walau pun mereka sudah meninggal, mereka juga menginginkan tempat yang layak. Tidak manusiawi jika dalam satu liang,” tambahnya.
Indah (32), juga mengatakan hal yang sama. Disebutkannya, orang yang sudah mati pun juga harus diperlakukan yang sama dengan orang yang hidup. “Pemko Medan harus mencarikan solusinya secepat mungkin. Kasihan dong dengan mayat yang meninggal itu karena itu tidak manusiawi jika terjadi tumpang tindih,” ungkapnya.

Terpisah, Amri (54) penjaga areal perkuburan muslim di Jalan Prof HM Yamin tepatnya di dekat Mesjid Perjuangan 45, mengaku saat ini tanah perkuburan di areal tersebut semakin minim. Tanah untuk mengkebumikan jenazah terpaksa dari kuburan yang lama.

“Kuburan di areal ini kan makin padat. Jadi, untuk menyiasatinya, kuburan yang sudah lama dan tidak pernah diziarahi keluarganya, kita gali lagi untuk menguburkan jenazah baru. Tapi itu juga permintaan keluarga sendiri, misalnya, istrinya sudah lama wafat dan dikebumikan disini, jadi, pas anaknya wafat, dia minta supaya kuburan yang lama itu, digali lagi untuk mengubur jenazah  anaknya,” jelasnya.

Ditambahkannya, terkadang hal itu juga menjadi masalah. “Kita kan juga tau, mana kuburan yang sering diziarahi keluarganya. Kalau sudah bertahun-tahun nggak ada yang menziarahi, jadi kita gali lagi. Ternyata, tiba-tiba keluarganya datang dan menanyakan kuburan tersebut. Ini yang sering jadi masalah. Memang pas digali, banyak tulang-belulang, tapi kan kita kubur lagi dengan baik,” katanya.

Amri yang sudah 10 tahun lebih menjadi penjaga kuburan ini berharap, Pemko Medan memikirkan persoalan ini. “Memang hanya soal tanah kuburan, tapi ini menyangkut masyarakat. Kan nggak mungkin jenazah kita buang ke laut hanya karena areal perkuburan sudah habis di Medan ini,” harap pria yang memiliki dua anak ini.

Senada, Sarbaini (78) penjaga kuburan muslim di kawasan Jalan Sutomo Ujung Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur, tepatnya didekat Masjid Nurul Huda mengatakan hal yang sama. “Memang areal perkuburan semakin sedikit. Kalau sudah begitu, kuburan yang lama, dibongkar lagi, biarpun sudah disemen. Tapi, itu juga atas permintaan keluarga jenazah. Asal sama-sama muslim, kan nggak ada masalah kuburannya digali lagi, dan jenazah baru dikubur ditempat itu,” katanya.

Sementara itu, Fahmi (40) warga Jalan Perintis Kemerdekaan mengungkapkan kekhawatirannya mengenai tanah perkuburan. “Pembangunan di sana-sini banyak, tapi pihak Pemko kayaknya lupa soal areal perkuburan. Kalau saya sih, nggak mau ya kuburan keluarga saya digali lagi, dan ditimpa dengan jenazah baru. Itukan tempat pemakaman, jadi kalau ziarah, kita bisa tau yang mana kuburan anak, istri atau saudara. Misalnya, areal perkuburan penuh, terpaksa nyari tempat lagi,” bebernya. (jon/mag-11)
 http://metro.kompasiana.com/2011/12/14/jakarta-lagi-kurus-lahan-kuburan-dan-gemuk-lahan-untuk-mall-421383.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar